The Ant: “Launch Cycle dan OUTDOOR LEARNING” (1)

Kegiatan Outdoor Learning sudah sering dijumpai pada institusi pendidikan modern saat ini. Sangat banyak sekolah berlomba-lomba merancang kegiatan Outdoor Learning yang menyenangkan. Kegiatan Outdoor Learning ini mengajak siswa untuk berinteraksi terhadap alam agar siswa dapat merasakan atmosfer belajar yang interaktif dan kolaboratif sehingga tidak menjenuhkan. Kegiatan yang dilakukan di luar kelas ini membuat siswa terlihat layaknya bermain bebas di alam, sehingga tak heran jika siswa selalu menunjukkan antusiasme yang besar untuk mengikuti kegiatan Outdoor Learning. Sebagai salah satu kegiatan yang membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman riil, Outdoor Learningmenjadi salah satu program yang sudah di laksanakan di Focus Independent School, dalam kegiatan kelas alam ataupun outing class

Kebanyakan siswa menanti kegiatan ini sebagai kesempatan untuk “bermain”, di pihak lain guru merancang kegiatan Outdoor Learning sebagai bentuk penanaman konsep belajar dan aplikasinya. Perbedaan sudut pandang ini berpengaruh pada hasil yang didapat pasca pelaksanaan Outdoor Learning dimana siswa tidak menyimpan begitu banyak memori belajarnya, melainkan pengalaman bermainnya. Hal ini masih menjadi catatan bagi guru tentang bagaimana merancang kegiatan Outdoor Learning yang sesuai dengan kebutuhan siswa, yang sekaligus mencakup ketentuan kegiatan Outdoor Learning dari sekolah. Selain itu, guru masih merasa kebingungan untuk menentukan tempat, membuat ide serta gagasan kegiatan Outdoor Learning. Supaya kegiatan dapat menjadi tepat guna dan efektif, sebelum membuat rancangan kegiatan, guru perlu memahami dengan benar kebutuhan siswa, kondisi lapangan dan kebutuhan sekolah.

  1. Empathize

Sebagai guru yang akan merancang kegiatan Outdoor Learning pengumpulan data adalah tahap yang sangat menentukan proses dan hasil kegiatan yang akan dijalankan. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data akan mempengaruhi hasil validitas dan berdampak pada ketajaman rumusan masalah sehingga berakibat langsung terhadap proses dan hasil. Data sebagai komponen pokok dalam pembuatan kegiatan harus sesuai dengan fakta lapangan yang didukung oleh bukti. Bias dalam pengumpulan data dapat menjadi distorsi dimana informasi yang didapat tidak representatif terhadap situasi yang sebenarnya. Disini guru harus berperan secara netral,  dalam artian guru mengambil posisi sebagai seorang designer dengan tidak memasukan asumsi pribadi dalam pengamblan data. Data yang ada selanjutnya dipetakan dengan menggunakan Empathy MapEmpathy Map ini akan membantu dalam menganalisa tentang keinginan dan kebutuhan user.

2. Analisis data dan perumusan masalah

Data yang sudah dipetakan dalam Empathy Map selanjutnya akan dianalisis guna mengetahui keinginan dan kebutuhan user serta permasalahan yang ada. Hasil analisis digunakan dalam perumusan masalah, rumusan masalah ini akan digunakan dalam pencarian solusi. Namun sebelum itu guru sebagai designer perlu melakukan analisa data dan melakukan proses validasi. Jika data sebagai dasar perancangan kegiatan tidak valid, artinya tidak adanya kesesuaian yang konsisten yang bisa dijadikan landasan penentuan sebuah kegiatan.  Maka bisa dipastikan akan terjadi ketidaktepatan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan yang dilaksanakan pun tidak akan dapat memenuhi kebutuhan yang sebenarnya. Sebaliknya, data yang telah tervalidasi sebagai hasil dari proses yang panjang akan bermuara pada kesuksesan designer dalam menemukan solusi kreatif dari permasalahan yang timbul.

3. Menentukan Learning Goal 

Rumusan masalah yang telah sesuai dengan data selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam penentuan tujuan dari pembelajaran yang akan dirancang. Penentuan tujuan pembelajaran ini tentunya disesuaikan dengan aspek-aspek pembelajaran yang akan dilaksanakan pada kegiatan Outdoor Learning.  

4. Membuat ide kegiatan

Berdasarkan rumusan masalah dan  Learning Goal  yang sudah dibuat,  guru sebagai designer perlu mencetuskan ide-ide yang dapat menjadi solusi kegiatan Outdoor Learning yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ketentuan sekolah.

5. Analisis kegiatan 

Ide kegiatan yang diusulkan selanjutnya perlu dianalisis terlebih dahulu mana yang sesuai dan realistis untuk dijalankan. Selanjutnya ide kegiatan yang dipilih disesuaikan dengan Bloom Taxonomy. Sehingga dapat diketahui fase mana yang akan dilakukan dalam kegiatan outdoor learning.

6. Menentukan level kegiatan 

Setelah menentukan fase apa saja yang akan ada dalam kegiatan outdoor learninglangkah selanjutnya adalag designer  perlu menentukan level kegiatan (Beginner, Development, Mastery). Penentuan level kegiatan ini akan menjadi dasar guru dalam mempersiapkan kegiatan yang aka terlaksana.

7. Membuat Checklist  Outdoor Learning stand

Selanjutnya designer membuat Checklist standar secara konsisten sesuai dengan level kegiatan yang sudah ditentukan. 

8. Analisis Standard 

Berdasarkan standar yang sudah dimasukan dalam daftar, maka diperlukan adanya analisis di setiap standar. Analisa ini berguna untuk mengetahui mana standar yang perlu dikuatkan berdasarkan kebutuhan. Sehingga kegiatan Outdoor Learning yang dirancang dapat berjalan dengan maksimal. 

9. Membuat proposal

Setelah berbagai tahapan rancangan kegiatan Outdoor Learning dilaksanakan, selanjutnya designer dalam hal ini guru akan mengajukan proposal kegiatan Outdoor Learning untuk dianalisis oleh sekolah. 

10. Highlights proposal 

Proposal yang telah mendapatkan feedback dari user, dalam hal ini sekolah perlu untuk direvisi bila diperlukan. Dan apabila user telah menyetujui usulan kegiatan Outdoor Learning yang diusulkan maka rancangan kegiatan Outdoor Learning tersebut dapat dilaksanakan.

Apabila designer sudah melalui 10 langkah pembuatan Outdoor Learning dalam proses perancangan kegiatan tersebut, maka guru tidak akan mengalami kendala lagi dalam menentukan tempat, membuat ide serta gagasan kegiatannyaLalu langkah selanjutnya adalah guru bersama tim mempersiapkan  dan melakasanakan kegiatan Outdoor Learning  sesuai dengan kegiatan yang telah dirancang. 

***

Group Petualang https://fislc.com/2019/02/08/group-1-petualang/

Pada hakikatnya tujuan kegiatan Outdoor Learning yang dimiliki sekolah mencakup Seven Survival Skill. Seven Survival Skill  yang dinyatakan oleh Tony Wegner memiliki benang merah dengan John Spencer dalam LAUNCH. Keleluasaan ruang gerak bagi siswa, baik secara fisik maupun psikis yang terakomodir dalam kegiatan Outdoor Learning, diharapkan mampu membuat siswa dapat memaksimalkan apa yang ada di dalam dirinya dan dapat berpikir “inside the box”. Namun kegiatan Outdoor Learning dalam Kelas Alam yang selama ini terlaksana, masih kurang mengakomodir kemampuan siswa untuk dapat mengaplikasikan skill kreativitas mereka ini. Proses belajar yang memberikan pengalaman pada siswa tentang Green Living Habit masih perlu untuk dilakukan secara langsung melalui bentuk kreativitas siswa secara real.  Semua kriteria dan proses tersebut idealnya harus terakomodasi agar siswa terlatih untuk memiliki framework sekaligus pengalaman untuk menciptakan suatu inovasi kreatif melalui tahapan yang tepat dan spesifik. 

Rancang kegiatan Outdoor Learning yang ideal bagi siswa dan sekolah harus dapat memfasilitasi kreativitas siswa,  berikut tahapan pada siklus LAUNCH yang dapat meningkatkan kerativitas siswa :

  • Look, Listen and Learn

Saat sekolah telah menentukan Tema dalam kegiatan Outdoor Learning, guru akan mengarahkan siswa pada pengamatan dengan mengobservasi sekaligus mempelajari sebuah keadaan, untuk membangun kesadaran siswa pada sebuah masalah, perasaan atau peristiwa yang mereka temui dalam kegiatan Outdoor Learning

  • Ask Tons of Questions

Kesadaran yang sudah muncul pada proses pengamatan di atas, akan membawa siswa pada rasa ingin tahu yang besar.  Fase dimana siswa akan terstimulasi untuk menyusun banyak pertanyaan demi mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, yang akan diolah untuk menjadi data mereka.

  • Understanding the Information

Data yang sudah mereka dapatkan dari fase sebelumnya lalu dianalisa dan klasifikasikan sesuai dengan kebutuhannya. Fase ini akan membawa mereka untuk menemukan pokok permasalahan yang harus mereka pecahkan. 

  • Navigate the Idea

Kegiatan Outdoor Learning yang disusun dalam format kelompok akan mengakomodasi siswa agar dapat bertukar pikiran dan mengabungkannya ide-ide mereka untuk menghasilkan ide utama tentang sesuatu yang akan mereka buat.

  • Creating

Inilah fase dimana rangkaian langkah yang telah dilakukan sebelumnya akan diwujudkan dalam sebuah gagasan atau produk yang diharapkan dapat menjadi solusi sesuai dengan perumusan masalah. 

  • Highlight and Improve the Product

Proses berlanjut pada sebuah fase dimana siswa harus meneliti ulang produk yang telah terealisasi. Mereka harus mengamati secara detail hal apa saja yang perlu dilengkapi atau bahkan dikemas ulang demi kesempurnaan hasil akhir penelitian mereka. 

  • It’s Time to Launch

Inilah tahapan dimana siswa menunjukkan karyanya ada khalayak. Dalam tahap ini karya mereka akan mendapatkan feedback dari pengguna demi kesempurnaan produk mereka.

Dengan menerapkan siklus LAUNCH dalam kegiatan Outdoor Learning siswa dapat lebih leluasa dalam bergerak, baik secara fisik maupun psikis. Melalui kesempatan  yang dirancang dalam kegiatan dengan menggunakan siklus ini, siswa dapat meraih keberhasilan dalam menciptakan atau menemukan sesuatu. Siswa juga dapat mengkolaborasikan ide dari anggota kelompoknya dengan cara yang kreatif agar kegiatan Outdoor Learning yang terlaksana, dapat mengakomodir kemampuan siswa untuk dapat mengaplikasikan skill kreativitas mereka. ***

Group Petualanghttps://fislc.com/2019/02/08/group-1-petualang/

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s