
Kemajuan jaman semakin mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan manusia. Teknologi, pendidikan, informasi dan komunikasi merupakan beberapa contoh dari sekian bidang yang mengalami perubahan, dan memunculkan masalah yang kompleks sebagai akibat dari perubahan tersebut. Sebagai contoh pada bidang pendidikan, guru harus dapat membimbing anak untuk menghadapi kemajuan jaman beserta tantangannya tersebut. Dengan semakin berkembangnya tantangan atau masalah yang dihadapi, design thinking menjadi salah satu metode yang dianggap sangat bagus untuk mengakomodasi serta menyiapkan anak dalam bereksplorasi dan berkreasi.
CEO of IDEO, Tim Brown mengatakan bahwa design thinking adalah pendekatan berbasis human-centered untuk menghasilkan inovasi melalui designer yang mengintegrasikan kebutuhan user, teknologi, dan persyaratan dalam kesuksesan bisnis. Dimulai dari fase empathize, designer akan mencari data dari user dengan melakukan observasi, wawancara, ataupun dengan menggunakan metode lain untuk memahami kebutuhan atau permasalahan user. Pada tahap ini, designer perlu berhati-hati dan sensitif dalam pengumpulan informasi yang akan digunakan sebagai data, karena akan melibatkan berbagai sudut pandang yang bisa merujuk pada tantangan baru. Fase selanjutnya adalah fase define, yang merupakan fase dimana designer sudah mengolah informasi dan menghasilkan data yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah. Fase define pula lah yang akan menjadi dasar untuk memberikan solusi kreatif bagi user di tahap berikutnya yaitu ideate.
Selanjutnya, designer menggunakan feedback dari user untuk mengembangkan ide agar menjadi tindakan nyata dalam fase prototype. Setelah fase prototype, designer kembali menggunakan feedback dari user dalam fase test untuk melihat apakah designer sudah menggunakan solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi oleh user. Design thinking merupakan proses berulang yang menyediakan pendekatan berbasis solusi, untuk memberi gambaran lebih mendalam kepada designer tentang suatu masalah dengan menggunakan kerangka kerja terstruktur dalam mengidentifikasi tantangan, mengumpulkan informasi, menghasilkan solusi potensial secara cepat dan tepat, memperbaiki ide, serta menguji solusi dengan cara menganalisis dan memahami bagaimana user berinteraksi dengan produk yang telah diciptakan oleh designer.
Diadaptasi untuk kepentingan bisnis tersebut, proses design thinking juga digunakan dalam bidang pendidikan. Dalam ranah pendidikan, pendekatan design thinking berfokus pada pengembangan kepercayaan diri anak untuk mengkoneksikan informasi dan ide kreatif dari dunia nyata dengan lingkungan kelas. Fokusnya pada pengembangan rasa empati, munculnya ide cermelang, adanya tindakan nyata (mewujudkan ide abstrak menjadi konkrit), hadirnya pengembangan kesadaran metakognitif, serta terjadinya aktivitas memecahkan masalah secara aktif. Diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi anak-anak yang mahir dalam problem solving. Mereka juga akan menjadi pribadi yang berani mengambil resiko positif untuk siap menghadapi tantangan dunia dan kemajuan teknologi yang berkembang makin pesat.
***
Kita tahu bahwa setiap anak memiliki latar belakang pengetahuan yang berbeda. Sebagai pendidik yang memberikan pengetahuan tambahan terhadap anak, seorang guru seharusnya menghormati pengetahuan yang dimiliki oleh anak sebelumnya. Seharunya pula guru mempunyai peran aktif dalam memberikan pengetahuan tambahan yang memperluas ilmu pengetahuan anak. Dan ketika anak sudah menghasilkan suatu kreativitas dan meluangkan waktunya untuk fokus pada aktivitas yang dilakukaknya, mereka harus mempunyai keberanian juga untuk membagikan hasil kreatifitasnya itu kepada audience supaya dunia tahu bahwa mereka berhasil menciptakan sesuatu. Dengan adanya kerangka berfikir ini, anak akan terkesan dengan dirinya sendiri karena mereka terlibat aktif dalam proses penciptaan dari awal hingga akhir. Dari gagasan (abstrak) hingga menjadi kenyataan (konkrit). Kerangka berfikir ini dikenal dengan nama LAUNCH cycle.
LAUNCH cycle merupakan salah satu cara berpikir design thinking yang lebih mudah diterapkan di dalam bidang pendidikan, karena bahasa dan istilah yang digunakan lebih sederhana dan mudah dipahami oleh anak. Jika design thinking lebih erat kaitannya dengan dunia perindustrian, maka LAUNCH cycle lebih ramah diajarkan dan diterapkan di dalam dunia pendidikan.

Berbeda dengan nama-nama di setiap fase yang ada dalam design thinking, LAUNCH cycle memiliki istilah yang lebih mudah dipahami dan familiar di telinga anak. Selain itu yang membedakan antara LAUNCH cycle dengan design thinking adalah pada tahap terakhir. Tahap terakhir pada LAUNCH cycle adalah memperkenalkan dan menunjukkan hasil kreativitas anak kepada audience. LAUNCH cycle membutuhkan kreativitas yang tinggi dalam memecahkan suatu masalah dengan cara berpikir runtut.
Meski demikian, LAUNCH cycle bukanlah suatu rumus, juga bukan sebuah panduan yang berisi langkah-langkah untuk menjadi kreatif. Akan tetapi, kita dapat menggunakan LAUNCH cycle sebagai kerangka berpikir untuk menjadikan kreativitas sebagai pengalaman otentik yang terjadi secara berulang-ulang untuk memecahkan suatu masalah dengan solusi yang inovatif. Oleh karena itu, dengan menerapkan LAUNCH cycle di setiap pembelajaran, diharapkan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya melalui tahapan-tahapan yang mereka lalui pada LAUNCH cycle di setiap pembelajaran atau untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks dengan memunculkan solusi yang inovatif. ***